Cara Belajar TOEFL

Senin, 13 Februari 2012

Persimpangan Jalan

Oleh Kinkin Mirajul Muttaqien
Peluit itu senantiasa tergantung di lehernya, tangannya yang cekatan ta henti-hentinya bekerja sambil peluit tertempel di bibirnya. Berkali-kali peluit itu ditiupnya, bahkan dalam hitungan detik entah berapa kali peluit itu ia bunyikan. Aktifitas itu ia lakukan tiap hari, tak kenallelah biar pun cuaca panas atau hujan ia begitu setia dengan peluit nya itu.
Itu tentunya bukan peluit yang biasa di pegang wasit dalam sebuah pertandingan, di mana wasit membunyikannya hanya saat memulai pertandingan, ketika terjadi pelanggaran dan tentunya ketika mengakhiri sebuah pertandingan. Hal itu sudah lazim di lakukan setiap wasit dalam pertandingan apapun. Yang menjadi unik sekali lagi peluit itu bukan milik seorang wasit atau pun hakim dalam sebuah pertandingan, akan tetapi peluti itu adalah milik ia yang sehari-harinya berada di persimpangan jalan.
Persimpangan di mana banyak kendaraan baik roda dua atau pun roda empat melintas memutari persimpangan jalan. Altifitasnya dalam mengatur laju kendaraan cukup membuat jalanan menjadi lancer, bahkan kehadirannya sangat menolong para pengendara baik mobil atau pun sepeda motor.
Kehadirannya meski tak diundang tapi cukup membantu untuk memperlancar aktifitas para pengemudi, terutama para sopir yang terkadang terjebak kemacetan dan sulit untuk keluar dari kemacetan itu, apalagi dalam situasi padat kendaraan. Bayangkan di pagi hari saat para pengemudi baik itu sopir pribadi ataupun sopir umum mengejar waktu untuk ke kantor ataupun mengejar setoran.
Ia bekerja begitu enjoy padahal yang ia dapatkan hanya sekedar uang recehan, bahkan tidak jarang jasanya tersebut tidak dibayar (Baca: tidak mendapat imbalan) dari para pengemudi. Tetapi ia begitu sigap dan sepertinya tidak peduli apakah ia mendapatkan uang recehan dari para pengemudi atau pun tidak, yang terlintas dalam benaknya bagaimana laju kendaraan menjadi lancar sehingga kemacetan pun bisa dihindarkan.
Padahal bayangkan jika seandainya Anda sedang mengemudikan kendaraan dan kebetulan di sebuah persimpangan Anda harus memutar, sementara kendaraan dari arah lain begitu padat. Ini sudah pasti menyebabkan kemacetan, karena terkadang para pengemudi satu sama lain tidak mau saling mengalah, akhirnya masing-masing merasa bahwa saya harus duluan dari yang lain. Hal ini lah yang menyebabkan jalanan menjadi macet.
Dengan kehadiran sosok di persimpangan jalan yang mengatur laju kendaraan maka hal itu bisa dihindari. Bahkan boleh jadi kehadirannya telah ikut serta dalam mengurangi resiko kecelakaan, karena di jalur seperti itu sering terjadi kecelakaan akibat padatnya arus kendaraan. Tapi sayangnya terkadang jasa mereka sering disepelekan, padahal saya melihat bahwa sesungguhnya mereka itu sosok-sosok manusia yang banyak jasa. Terlepas bagaimana keseharian mereka, kehadirannya sangat memberikan andil yang cukup besar bagi setiap pengendara.
Mungkin hasil yang mereka dapat tidak seberapa, tapi jasa mereka begitu besar. Bahkan lembaran rupiah yang mereka kumpulkan mungkin lebih bernilai barokah dibanding lembaran-lembaran rupiah yang dikumpulkan sebagian orang dari hasil yang kotor, bahkan tidak jarang dari hasil memakan hak orang lain yang sesungguhnya tidak berhak buat mereka.
Tapi itulah kenyataan di negeri kita, mereka yang bekerja keras peras keringat banting tulang untuk menghidupi diri dan keluargnya dengan jalan yang halal, terkadang disepelekan. Sebaliknya mereka yang bekerja hanya ongkang kaki di belakang meja, bahkan tak jarang memakan dan mengambil hak orang lain malah begitu disanjung.
Mungkin sudah saatnya kita banyak introspeksi diri dan istighfar menghadapi kenyataan ini, karena semua ini sudah menjadi rahasia umum. Sementara itu, kita pun harus terus berusaha untuk memperbaiki nasib diri dengan jalan yang baik dan benar. Sehingga sedikit rezeki yang kita dapatkan menjadi barokah dan bernilai di sisi-Nya. Bukannya menghalalkan segala cara sehingga Allah menjadi murka pada kita. Bukankah rezeki kita sudah di atur oleh Allah, dan kita hanya wajib berusaha sesuai kemampuan kita. Kita jangan khawatir dengan rezeki dari Allah, karena Allah tidak akan menyalahi janji-Nya.
Selama kita berusaha dan masih bisa bernafas, maka Allah akan menyediakan sebagian kekayaan-Nya bagi kita. Kita seharusnya malu pada burung yang tiap pagi terbang mencari makan untuk anaknya, sementara kita hanya mengandalkan nasib tanpa mau berusaha. Jadi apapun profesi kita yang penting halal, maka kita jangan merasa gengsi atau pun malu. Dan tentunya apapun profesi yang dijalani oleh orang lain, tentunya kita tidak mesti memandangnya sebagais esuatu yang negatif, seperti halnya profesi mereka yang berada di persimpangan jalan…
Wallahu’alam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar