Cara Belajar TOEFL

Kamis, 15 Maret 2012

Lembutkan Hati Kami Yaa Rabb…

Kami tahu kerasnya batu
Yang jika di sirami lembutnya air akan luruh
Bertahun-tahun, berpuluh-puluh tahun bahkan beratus-ratus tahun
Tapi hati kami bukanlah batu
Tapi mampu keras melebihi batu kali
Yang jika di sirami beribu nasihat
Tak kan luruh meski zaman terus berganti
Atau bumi hanya tinggal mimpi
Hanya dengan timbunan tanah merah hati keras kami membumi
Ampuni kami, Rabbi
Tolong lembutkan hati kami
Sebelum nurani kami mati
Sebelum jasad ini menggamit perut bumi
Rabbi, mudahkan mata kami menangis
Mengingat khilaf kami yang tak tertandingi
Bukan menangis mengingati duniawi
Rabbi, lembutkan hati kami merenungi mati
Lembutkan hati kami mendengar nasihat-Mu Rabbi
Sungguh, hanya Engkau Sang Penggenggam hati
Peluk hati kami dalam cinta-Mu

Sabtu, 10 Maret 2012

Janganlah Anda Merasa Orang Yang “Paling”

 

Sahabat sekalian, ada sebuah cerita. Seorang Professor berada dalam sebuah hutan belantara hanya berbekal pakaian di badan, kemudian di kejar serigala yang sangat ganas, lalu Professor yang cerdas itu berlari ke atas pohon dan berhasil menghindari gigitan serigala ganas itu untuk sementara waktu. Kemudian pertanyaannya adalah bagaimana caranya agar sang Professor bisa turun dengan selamat dari pohon tersebut, sedangkan serigala ganas itu terus berada di bawah pohon menunggu sang Professor turun. Apa jawabannya? Ternyata professor yang cerdas itu tidak tahu jawabannya. Walaupun ia seorang Professor.
Hikmah dari cerita fiksi ini ialah, bahwa sesungguhnya di atas langit masih ada langit, maksudnya walaupun orang yang dikejar ialah orang yang memiliki title yang sangat bergengsi Professor tapi ada batas-batas dimana ia bodoh dalam suatu hal dan tidak bisa berbuat apa-apa kecuali meminta pertolongan kepada Allah.
Janganlah Anda merasa menjadi orang yang paling pintar, karena di luar sana banyak orang yang jauh lebih pintar dan mungkin Anda belum bisa bertemu dengan mereka, sehingga Anda merasa ialah orang yang paling pintar.
Janganlah merasa Anda menjadi orang yang paling kaya, karena di belahan bumi lain, banyak orang yang jauh lebih kaya daripada Anda, hanya Anda belum bertemu dengannya. Jangan hanya baru mempunyai mobil seharga 200 juta, Anda merasa memiliki dunia dan meremehkan orang lain.
Janganlah Anda merasa orang yang paling cantik atau tampan, karena di belahan bumi lain ada orang yang jauh lebih tampan dan lebih cantik dibandingkan Anda. Dan ingatlah kecantikan dan ketampanan itu tidak abadi. Jangan hanya karena memiliki wajah yang mulus dan putih Anda merasa orang yang paling sempurna di dunia dan merendahkan orang yang tidak lebih baik dari pada Anda.
Janganlah Anda merasa menjadi manusia yang paling menderita dengan masalah-masalah Anda, karena di luar sana ada orang yang jauh lebih menderita dan memiliki jutaan masalah dari pada Anda. Hanya saja Anda belum bertemu dengan mereka.
Janganlah Anda merasa menjadi orang yang paling miskin di dunia ini, karena di luar sana ada orang yang jauh lebih miskin daripada Anda. Jangan hanya karena uang Anda tidak bisa membeli kendaraan Anda menganggap orang yang paling miskin, padahal Anda masih bisa makan.
Janganlah Anda merasa menjadi orang yang paling shalih karena di belahan bumi Allah yang lain, ada orang yang jauh lebih shalih dibandingkan Anda, jangan hanya karena Anda shalat 5 waktu dan rajin bersedekah, Anda merasa orang yang paling baik dan bertaqwa di antara yang lain.
Inti dari pembahasan itu adalah yaitu jadilah orang yang selalu BERSYUKUR dan jadilah insan yang mempunyai sifat RENDAH HATI. Karena dengan bersyukur rezeki yang sedikit terasa banyak dan berkah, apalagi jika rezeki kita banyak dan di tambah dengan bersyukur. Maka Anda akan merasa jauh lebih bahagia. Dan dengan rendah hati maka Anda akan dihormati banyak orang dan di cintai banyak orang, tentunya Anda akan mempunyai banyak teman dan kemungkinan teman yang mendoakan Anda akan menjadi jauh lebih banyak ketika Anda telah tiada nanti. Lakukan yang terbaik, mencari ridha Allah dan lihat apa yang akan terjadi.

Jumat, 09 Maret 2012

10 Golongan yang Tidak Masuk Surga

Oleh: Mochamad Bugi



Ibnu Abas r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Ada sepuluh golongan dari umatku yang tidak akan masuk surga, kecuali bagi yang bertobat. Mereka itu adalah al-qalla’, al-jayyuf, al-qattat, ad-daibub, ad-dayyus, shahibul arthabah, shahibul qubah, al-’utul, az-zanim, dan al-’aq li walidaih.
Selanjutnya Rasulullah saw. ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah al-qalla’ itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka mondar-mandir kepada penguasa untuk memberikan laporan batil dan palsu.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah al-jayyuf itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka menggali kuburan untuk mencuri kain kafan dan sebagainya.”
Beliau ditanya lagi, “Siapakah al-qattat itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka mengadu domba.”
Belhau ditanya, “Siapakah ad-daibub itu?” Beliau menjawab, “Germo.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah ad-dayyus itu?” Beliau menjawab, “Dayyus adalah laki-laki yang tidak punya rasa cemburu terhadap istrinya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya.”
Rasulullah saw. ditanya lagi, “Siapakah shahibul arthabah itu?” Beliau menjawab, “Penabuh gendang besar.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah shahibul qubah itu?” Beliau menjawab, “Penabuh gendang kecil.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah al-’utul itu?” Beliau menjawab, “Orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf atas dosa yang dilakukannya, dan tidak mau menerima alasan orang lain.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah az-zanim itu?” Beliau menjawab, “Orang yang dilahirkan dari hasil perzinaan yang suka duduk-duduk di tepi jalan guna menggunjing orang lain. Adapun al-’aq, kalian sudah tahu semua maksudnya (yakni orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya).”
Mu’adz bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, bagaimana pandangan engkau tentang ayat ini: yauma yunfakhu fiish-shuuri fata’tuuna afwaajaa, yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala, lalu kalian datang berkelompok-kelompok?” (An-Naba’: 18)
“Wahai Mu’adz, engkau bertanya tentang sesuatu yang besar,” jawab Rasulullah saw. Kedua mata beliau yang mulia pun mencucurkan air mata. Beliau melanjutkan sabdanya.
“Ada sepuluh golongan dari umatku yang akan dikumpulkan pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan yang berbeda-beda. Allah memisahkan mereka dari jama’ah kaum muslimin dan akan menampakkan bentuk rupa mereka (sesuai dengan amaliyahnya di dunia). Di antara mereka ada yang berwujud kera; ada yang berwujud babi; ada yang berjalan berjungkir-balik dengan muka terseret-seret; ada yang buta kedua matanya, ada yang tuli, bisu, lagi tidak tahu apa-apa; ada yang memamah lidahnya sendiri yang menjulur sampai ke dada dan mengalir nanah dari mulutnya sehingga jama’ah kaum muslimin merasa amat jijik terhadapnya; ada yang tangan dan kakinya dalam keadaan terpotong; ada yang disalib di atas batangan besi panas; ada yang aroma tubuhnya lebih busuk daripada bangkai; dan ada yang berselimutkan kain yang dicelup aspal mendidih.”
“Mereka yang berwajah kera adalah orang-orang yang ketika di dunia suka mengadu domba di antara manusia. Yang berwujud babi adalah mereka yang ketika di dunia gemar memakan barang haram dan bekerja dengan cara yang haram, seperti cukai dan uang suap.”
“Yang berjalan jungkir-balik adalah mereka yang ketika di dunia gemar memakan riba. Yang buta adalah orang-orang yang ketika di dunia suka berbuat zhalim dalam memutuskan hukum. Yang tuli dan bisu adalah orang-orang yang ketika di dunia suka ujub (menyombongkan diri) dengan amalnya.”
“Yang memamah lidahnya adalah ulama dan pemberi fatwa yang ucapannya bertolak-belakang dengan amal perbuatannya. Yang terpotong tangan dan kakinya adalah orang-orang yang ketika di dunia suka menyakiti tetangganya.”
“Yang disalib di batangan besi panas adalah orang yang suka mengadukan orang lain kepada penguasa dengan pengaduan batil dan palsu. Yang tubuhnya berbau busuk melebihi bangkai adalah orang yang suka bersenang-senang dengan menuruti semua syahwat dan kemauan mereka tanpa mau menunaikan hak Allah yang ada pada harta mereka.”
“Adapun orang yang berselimutkan kain yang dicelup aspal mendidih adalah orang yang suka takabur dan membanggakan diri.” (HR. Qurthubi)
Saudaraku, adakah kita di antara 10 daftar yang dipaparkan Rasulullah saw. di atas? Bertobatlah, agar selamat!

Kunci Perubahan

 Kunci Perubahan

Oleh: Muhtadi Kadi

Syekh Muhammad Ghazali, ulama dan pemikir Islam asal Mesir, mengatakan, “Sesungguhnya rasa aman, damai, dan sejahtera adalah kekuatan yang memberikan cahaya kepada akal untuk berpikir dengan tenang dan kontinu. Karena terkadang, pemikiran tersebut mampu mengubah perjalanan sejarah.”

Banyak orang yang berasumsi bahwa mereka akan sukses dalam hidup ini atau nasib hidupnya akan berubah lebih baik jika ia pindah dari tempat tinggalnya. Artinya, mereka mengikatkan kesuksesannya dengan perubahan tempat dan keadaan. Sungguh, asumsi tersebut adalah salah. Karena, sejatinya yang harus diubah adalah akal yang digelantungi pemikiran, bayangan kelam masa lalu, dan asumsi kekhawaritan masa depan. Selagi akal kita masih berpola pikir seperti itu, perubahan yang ada tidak memiliki pengaruh apa-apa.

“Kamu tidak akan pernah mampu menyelesaikan problematika yang ada selagi pola pikirmu tidak ada perubahan,” demikian petuah orang bijak. Dan, Allah SWT telah menegaskan kepada kita yang diabadikan di dalam Alquran bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum atau seseorang kecuali mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS ar-Ra’du [13]: 11).

Ini artinya, kunci perubahan hidup seseorang ke arah yang lebih baik terletak di dalam dirinya, bukan terletak pada tempat tinggal atau dalam lingkungan yang mengelilinginya. Karena manusia hanyalah produk pemikiran dan keyakinannya. Di samping itu, perilaku dan sikap seseorang bersumber dari akalnya.

Memang thdak dimungkiri bahwa perubahan lingkungan terkadang membawa sebuah kebaikan, tetapi hanya bersifat temporal atau kebetulan. Karena, perubahan ini hanya di permukaan tidak dari akarnya. Juga tak sedikit perubahan tempat hanya sebuah sikap pelarian dari berbagai rintangan serta tantangan dan menjauhi problematika yang ada.

Karena itu, kita mesti mengubah pola pikir dan keyakinan. Kita harus memakai baju keoptimisan dan kebulatan tekad serta husnudzan kepada Allah. Empaskan bayangan kelam masa lalu dan kekhawatiran pada masa depan dari jiwa. Kita harus mulai menghadapi arus kehidupan ini dengan hati yang besar dan akal yang jernih tanpa takut dengan kekalahan ataupun kegagalan. Bukankah di balik kegagalan ada pengalaman yang berharga, dan bukankah pengalaman itu guru yang paling baik?

Sungguh, orang yang tidak mampu mengubah pola pikirnya, maka dia tidak akan mampu mengubah sesuatu apa pun, kapan pun, dan di mana pun ia berada. Tongkat yang bengkok tak mungkin menghasilkan bayangan yang lurus. Hanya dari muara hati yang suci dan akal yang jernih yang melahirkan jiwa-jiwa jujur, tangguh, bertanggung jawab, dan siap melakukan pengorbanan apa pun demi kemaslahatan sesama.

Rabu, 07 Maret 2012

Allah, Kuatkan Aku…














 Rintik-rintik hujan dini hari itu, lambat laun mulai menetes semakin lama pun semakin kencang, hingga akhirnya deras hujan di dini hari itu, membasahi dedaunan, memberikan kesejukan kepada dunia, dingin rasanya. Rintik air hujan dini hari itu, di awal tahun ini, semakin membuat suasana senyap, karena sang insan pun semakin menghangatkan tubuh dengan selimut, dan mungkin hanya beberapa yang menengadahkan tangan di antara rintik gerimis hujan, sembari meneteskan airmata, berharap keajaiban dalam keberkahan doa saat hujan, meminta kemustajaban doa saat hujan. Dan dini hari itu, kembali diri ini merenung, lalu bermuhasabah, mengevaluasi sejauh ini, berjalan, berlari, kadang disertai belaian lembut, dan tak jarang pula menginjak kerikil yang tajam, bersama tarbiyah. Tarbiyah yang sudah selama ini mengikatkan hati dengan para perindu surga lainnya, tarbiyah yang selama ini telah membuat sang jiwa yang tulus merasa jatuh hati dengan dakwah dan enggan untuk pindah haluan, tarbiyah yang selama lebih dari empat tahun ini telah membelai lembut sang hati, sehingga hatinya yang semula keras bak batu, kini menjadi lembut, bahkan mengalahkan kain sutra dengan kualitas terbaik sekalipun.
Aku pun menjadi kembali teringat masa-masa awal bersama tarbiyah, entah, diri ini akan menjadi seperti apa ketika tidak bertemu dengan belaian tarbiyah. Entah hati ini mungkin akan semakin membatu tanpa tarbiyah, yang secara kontinyu, sabar, dan tsabat senantiasa membelai lembut sang hati, hingga akhirnya sang hati ini luluh lantah, tak kuasa menahan kesucian tarbiyah, ya, hati ini pun jatuh hati kepada tarbiyah. Teringat masa-masa itu ketika tarbiyah begitu mempesona jiwa, sehingga dengan pesonanya yang luar biasa, membuat jiwa ini takluk bertekuk lutut tanpa syarat, terbuai pesona yang sungguh mempesona. Di sini, di tarbiyah ini, masih saja teringat waktu itu, ketika dengan melingkar, kita seakan akan sedang memadu cinta dan kebersamaan, sedang me-reka cipta, sedang mewujud asa, tentang Islam, tentang indahnya peradaban, tentang mimpi-mimpi yang belum terwujud, dan ternyata, melingkar itu adalah kita, tarbiyah. Ah, indahnya…
Ah, tak terasa, diri ini sudah begitu lama mengenal tarbiyah, bahkan status dan jenjang dalam tarbiyah ini sudah sedemikian tinggi, tetapi masih ada saja rasanya, kegundahan-kegundahan yang kadang menghantui pikiran ini. Seperti pepatah lama mengatakan, “semakin tinggi pohon menjulang, maka serangga, burung-burung, dan  angin tak akan membiarkannya meninggi”, semakin tinggi jenjang ini, bukannya kemudahan yang didapat, tetapi halangan dan rintangan ini justru semakin kencang membadai bertubi-tubi menggoda kekuatan dan ketsiqahan kita untuk selalu bersama tarbiyah. Semakin lama diri ini bersama tarbiyah, bukan semakin kecil tanggungjawab yang diemban, tetapi justru semakin menggunung tanggungjawab itu, tentang amanah yang semakin banyak, tentang produktivitas amal kita, tentang produktivitas rekrutmen kita, tentang keshalihan akhlaq kita, tentang segalanya. Ah, beratnya…
Aku sebenarnya ingin mengungkapkan segalanya di dini hari itu, di awal tahun, namun ternyata setelah kulihat dan kucermati, mengeluhnya diri ini akan berbagai hal dalam tarbiyah, yang saat ini begitu memberatkanku untuk beramal, bukan berasal dari banyaknya amanah-amanah itu, tetapi ternyata berasal dari sini, dari hati ini. Ternyata hati ini sedang lemah, tidak kuat, tidak dekat dengan Allah. Sehingga Allah pun “enggan” untuk menguatkan hati kita. Iman ini sedang compang-camping, sehingga tak kuasa menahan derasnya godaan yang membadai bertubi-tubi silih berganti. Dan pada akhirnya, aku memahami, bahwa tarbiyah ini adalah akumulasi dari iman kita secara individu, bahwa tarbiyah dan iman itu berbanding lurus, tak dapat dipisahkan satu sama lain. Kalau iman itu beres, maka ia akan membuat si empunya nyaman menikmati tarbiyah, nikmat bersama dakwah, tak ada keluhan, tak ada menghilang, tak ada resah dan galau karena banyak amanah dakwah yang diemban. Aku sekarang tahu, di sini, di dini hari ini, hanya ingin berucap dengan sepenuh hati, ya Allah, kuatkan aku….
Allah, ternyata jiwa ini lemah. Begitu lemah. Sangat lemah. Mudah goyah. Mudah terkotori. Mudah terbolak balik. Namun ternyata diri ini tersadar, betapa hati ini begitu merasakan akan kekotoran jiwa ini. Jiwa yang sedang sekarat, dimana sang syahwat keangkuhan, terlalu mendominasi segenap tubuh yang sudah rapuh ini. Ternyata jiwa yang lemah ini, masih bisa saja memperlihatkan keangkuhannya, seakan-akan dia kokoh, seakan-akan dia tegar, padahal rapuh, padahal mudah goyah.
Allah, ternyata kaki yang terlihat kuat menopang segenap anggota tubuh itu, ternyata pincang, ternyata tak lagi kuat. Tak lagi kuat membawa dosa-dosa yang begitu menumpuk. Begitu bertambah setiap waktu. Kaki itu, seakan menjerit, “wahai tubuh, aku tak lagi kuat membawa beratnya dosa-dosa ini”.
Allah, ternyata tubuh yang terlihat elok itu, hanyalah pembungkus. Pembungkus dari seonggok tulang. Seonggok daging yang membusuk. Busuk karena timbunan bangkai-bangkai dosa. Yang semakin lama, ternyata semakin bertambah. Tak berkurang.
Allah, ternyata mulut, dengan rangkain lidah dan bibir yang terlihat menawan, hanyalah ilusi. Yang jika dilihat dengan kacamata kejujuran, di sana akan terlihat sampah-sampah dusta, maksiat, yang senantiasa menumpuk setiap waktu. Tanpa henti. Dan mulut itu hanya pembungkusnya.
Allah, ternyata fisik ini begitu sangat lemah. Semakin tak berdaya. Mengikuti jiwa yang menggelora. Maka Allah, kuatkanlah hambaMu ini. Dan ampunkanlah hambaMu ini
Allah, ingin sekali aku berlari kencang. Mengejarmu, melihat keagunganMu. Menangis di hadapanMu. Berkeluh kesah. Mengadu. Tentang sulitnya perjalanan ini. Tentang begitu banyaknya rintangan. Tentang panjangnya jalan ini.
Tapi Allah, ternyata itu sulit terjadi. Airmata itu kini tak lagi keluar. Terhijab oleh syahwat keangkuhan yang mengotori jiwa ini. Kaki ini sangat berat melangkah, karena kaki ini ternyata masih terbungkus oleh gumpalan dosa-dosa.
Allah, semoga Engkau berkenan, mengampuni hambaMu yang hina-dina ini. Amin ya Rabb.
Allah, kuatkan aku…
Allah, tetapkan aku bersama tarbiyah ini…

Minggu, 04 Maret 2012

Ketika Sabar Harus tak Terbatas

Di usia yang telah melewati angka 20 atau bahkan lebih dari itu, tak sedikit yang mengalami goncangan-goncangan hati bagi para jomblo (baca: single). Usia yang terbilang rawan menurut saya, dimana pada masa itu gejala ingin di cintai dan di sayangi sangatlah besar. Belum lagi melihat keadaan sekitar yang sangat membuat hati miris karena masih sendiri. Ya, fenomena pacaran.
Bersyukur bagi mereka yang telah Allah pertemukan dengan pendamping hidupnya tanpa harus berjuang untuk melawan perasaan hati yang tak menentu menahan gejolak nafsu. Namun lain hal untuk mereka yang memang belum di takdirkan untuk segera menikah.
Tapi yakinlah, bahwasanya Allah akan memberikan sesuatu yang kita butuhkan namun bukan yang kita inginkan. Jika keyakinan telah terpatri, Insya ALLAH hati akan merasa nyaman dengan segala keputusanNYA. Sebagai orang yang telah meyakini janji Tuhannya, hendaknya setelah itu jangan merusak keyakinan tersebut dengan perilaku yang dapat merubah keputusan ALLAH. Ketika telah yakin, hendaknya tak usah berlebihan dalam mencari pasangan misalnya dengan mengikuti pergaulan zaman sekarang, misalnya pacaran. Jika itu terjadi, apa gunanya keyakinan yang telah terbentuk di awal namun ternodai dengan nafsu dan kesabaran yang terbatas.
Sederet janji ALLAH untuk mereka yang bersabar, balasannya adalah surga. Apalagi untuk menahan hawa nafsu, sebanding dengan pahala jihad. Karena jihad terbesar adalah menahan hawa nafsu. Ketika kesabaran menjadi terbatas dan hati telah yakin pada ketetapanNYA, maka menikah bisa menjadi solusinya. Meskipun secara kasat mata, kemampuan belum memadai namun janji ALLAH untuk memberikan kemudahan bagi seorang muslim yang melakukan kebaikan hendaknya tak perlu di ragukan. Namun jika telah maksimal berusaha dan belum menampakkan hasil, baiknya sabar harus tetap tak terbatas. ALLAH akan selalu mendengar doa hambaNYA. Bila bukan sekarang, mungkin belum saatnya, karena ALLAH Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambaNYA. Jika hati terkadang rapuh atau merasa putus asa. Ingatlah bahwa ALLAH tak pernah ingkar janji, mungkin ada yang salah dengan diri kita dan selayaknya kita selalu  berprasangka baik kepada ALLAH. Jangan pernah berhenti berusaha dan berdoa. Karena ALLAH akan selalu menggenggam doa dan mimpi para hambaNYA selama hambaNYA yakin dan mau berusaha mewujudkannya.
Ketika ALLAH belum mengabulkan doa hambaNYA untuk bersanding dengan pasangan hidupnya. Hendaknya sikap istiqamah terus dimaksimalkan. Tetap menahan hawa nafsu. Karena bisa jadi saat penantian itulah kita benar-benar di uji seberapa pantasnya kita mendapatkan seseorang yang cocok untuk kita. Bukankah ALLAH telah berjanji, bahwa pria yang baik adalah untuk wanita yang baik dan sebaliknya. Tidak mudah memang menahan cobaan di usia yang rentan  akan gejolak hati, namun jika kita bisa melewatinya dengan baik maka ALLAH akan memberikan balasan yang jauh lebih baik pula.
Karena pada dasarnya ALLAH teramat sayang dengan kita, tak membiarkan kita jatuh ke dalam jurang dosa. Walaupun kadangkala kita sendiri yang menceburkan diri dengan sengaja ke jurang tersebut. ALLAH akan menolong kita, jika kita ingin di tolong dan ALLAH akan menjaga kita, jika kita ingin di jaga. Jangan bermain dengan api jika tak ingin terbakar. Cukup ALLAH sebagai penghibur hati di saat hati kita sedang sedih.
Allahua’lam.